Peran Adat Dalihan Natolu dalam Kegiatan Moderasi Beragama di Tapanuli Bagian Selatan

Kamaluddin Kamaluddin* -  State Institute for Islamic Studies Padangsidimpuan, Indonesia

Supp. File(s): Research Instrument

Secara gelobal saat ini, kehidupan antar ummat beragama sedang mengalami konflik, yaitu antara ummat Islam dengan Yahudi di Yerussalem, antara ummat Islam dengan ummat Hindu di India dan ummat Islam dengan China di Rohingya.Tujuan penelitian ini  untuk melihat hubungan antar ummat Islam dan Kristen  (moderasi beragama) dan bagaimana peran adat Dalihan Natolu dalam pesta pernikahan (Siriaon) dan kemalangan (Siluluton). Peneiltian ini dilaksanakan di wilayah Tapanuli Bagian Selatan, yakni di Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas Utara dan di Kabupaten Mandailing Natal. Di daerah ini toleransi antar ummat beragama berjalan sangat baik dan belum pernah terjadi konflik,  padahal jumlah ummat Islam 85 % sedangkan Kristen hanya 15 %.

Dengan pendekatan antropologi, sosiologi dan agama,  data dikumpulkan dan disajikan secara deskriptif kualitatif. Sumber data primer adalah tokoh agama Islam dan Kristen, sumber data sekunder adalah Kepala desa, lurah serta masyarakat. Melalui observasi dan wawancara  menunjukkan hasil bahwa faktor-faktor yang membentuk moderasi beragama antara lain ialah faktor konversi agama, pernikahan silang, faktor adat Dalihan Natolu dan faktor agama,  sehingga masyarakat hidup toleran, kerja sama, musyawarah, gotong royong, membenci kekerasan, berkeadilan dan melaksanakan adat Dalihan Natolu.

Dalihan Natolu berperan aktif dalam pelaksanaan adat-istadat. Kahanggi, Anak Boru dan Mora tidak dibeda-bedakan dalam pelaksanaan adat siriaon (pernikahan) dan di kemalangan (siluluton). Jika pesta di rumah muslim, maka makanan tidak ada masalah, sedangkan apabila pesta di rumah kristen, kambing atau kerbau dipotong oleh muslim dan dimasak oleh muslim. Sedangkan bagi ummat kristen yang menggunakan adat Toba, mereka memasak sendiri untuk kristen, sedangkan untuk umat Islam dibeli di rumah makan dalam bentuk nasi kotak. Kahanggi berperan sebagai pendukung utama bagi suhut dalam suatu pesta,  Anak boru juga berperan sebagai penanggung jawab dalam kesuksesan pesta, dan mora berperan sebagai pembimbing dan pemberi dukungan dalam pesta. Dalihan Natolu mengamalkan nila-nilai adat- istiadat Angkola seperti “Itte disiriaon, tangi disiluluton.” Salaklak sasikkoru, sasanggar saria-ria, saanak jana saboru, suang songon namarsada ina”. “Songon siala sampagul, rap tuginjang raptu toru, muda malamun saulak lalu muda madabu rap margulu”. ”Salumpat Saindege, sapangambe sapanaili, sahaccit sapakkilala”.(Kehidupan yang penuh kasih sayang dan saling menghormati dan kerjasama dalam hidup bermasyarakat serta seiya sekata dalam musyawarah).

Supplement Files

  1. Abdul Azis, Moderarasi Beragama, Kementerian Agama RI Jakarta 2021.

    Abdurrahmat Fathoni, Antropologi Sosial Budaya, Jakarta Rinekacpta, 2006.

    Abdusima Nasution, Pesisir Barus Dalam Perspektif Sejarah dan Budaya, Zahir Publishng Yogtakarta, 2021.

    Alo Liliweri, Komunikasi Antar Budaya, Jakarta, Rinekacipta, 2016.

    Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Jakarta, Rinekacipta.

    Donny Gahral Anwar, Pengantar Fenomenologi, Koekoesan Depok, 2010.

    Kementerian Agama RI, Implementasi Moderasi Beragama dalam Pendidikan Islam, Jakarta 2019.

    Kementerian Agama RI, Moderatisme Islam, Kementerian Agama RI, Jakarta, 2019

    Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama Buku 1, Jakarta, Tahun 2020.

    Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama Buku 2, Jakarta, Tahun 2020.

    Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama Buku 3, Jakarta, Tahun 2020.

    Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta Rinekacipta.

    Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi II, Jakarta Rinekacipta 2005.

    Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung Rosdakarya, tahun 1999

    Lukman Hakim Saifuddin, Moderasi Beragama, Kementerian Agama RI, Jakarta 2019

    Maimun dan Mohammad Kosim, Moderasi Islam Di Indonesia, LKIS, Yogyakarta 2019

    Muhammad Qustulani, Moderasi Beragama, PSP Nusantara Tangerang, 2019

    Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta, Kencana Prenada, tahun 2006

    Nurul Zuriah, Metodologi Peneltian Sosial dan Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara tahun 2006.

    Nyoman Sama, Antropologi Perdesaaan dan Perkotaan, Jakarta, Prenada Media.

    Pandapotan Nasution, SH. Adat Budaya Mandailing Dalam Tantangan Zaman, FORKALA Prov. Sumatera Utara, 2005.

    Parsadaan Marga Harahap, Horja, Adat Istiadat Dalihan Natolu, Bandung PT. Grafitri, 1993.

    Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, "Kabupaten Tapanuli Selatan Dalam Angka 2021" (pdf). www.tapanuliselatankab.bps.go.id. hlm. 7, 55. Diakses tanggal 15 April 2021.

    Ricki Pramono Hasibuan, Perkawian Menurut Adat Batak, Kompasiana, 26 Juni 2015

    Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali Pres.

    Suparman Yasin dan Yana Sutiana, Kultur Islam Nusantara Dari Masa Klasik Hingga Masa Modern, Pustaka Setia Bandung, 2019.

    Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam Siregar, Surat Tumbaga Holing (Buku Pelajaran Adat Tapanuli Selatan) 1984.

    Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam Siregar dan H. Gojali Pardede, Sejarah Masuknya Islam Ke Tapanuli Selatan, Medan: Mitra Tahun 2011.

    Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam Siregar, Burangir Barita, Medan: Mitra, Tahun 2011

    Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam Siregar dan Pangeran Ritonga, Gelar Baginda Sohajoloan, Pabagas Boru, Medan, Pratama Mitra Sari, 2016

    UIN Syahid Jakarta, Ilmu Anroologi, Jakarta

    Usman Pelly dan Asih Menanti, Teori-Teori Sosial Budaya, Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud, 1994

    [1]Sejarah Batak, Perjalanan Dan Perkembangan Suku Batak, Asal-Usul Nama Angkola.http://ivowilly.blogspot.com/2017/07/asal-usul-nama-angkola.html



 

SEKRETARIAT JURNAL AT-TAGHYIR

Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Jl. H.T. Rizal Nurdin Km. 4,5 Sihitang Padangsidimpuan Telp. (0634)22080.

 Email: jurnaltaghyir@uinsyahada.ac.id